Langsung ke konten utama

Postingan

Mengurus Balik Nama Sepeda Motor di Gresik

Yang punya kendaraan bermotor pasti paham kalau masa berlaku STNK adalah lima tahun. Setelah lima tahun, STNK harus ganti (sekaligus plat nomornya). Nah, ketika ganti STNK itulah bagi motor yang sudah berganti kepemilikan bisa sekaligus balik nama dari pemilik lama ke pemilik baru. Mengurusnya bisa di Samsat Gresik, beralamat di Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 680, Kembangan, Gresik, 61124. Di kantor Samsatnya ya, yang selalu rame itu, bukan di Samsat Drive Thru. Panduan ini memang untuk motor, tapi untuk mobil sepengetahuanku hampir sama saja. Syarat-syarat yang dibutuhkan untuk balik nama motor: 1. KTP (asli dan fotokopi tiga kali). Biar nggak ribet, langsung fotokopi di tempat saja (ada koperasinya). Pegawainya sudah hapal kok apa syarat-syaratnya dan harus difotokopi berapa kali. Tinggal bilang saja mau balik nama. 2. BPKB (asli dan fotokopi tiga kali). 3. STNK (asli dan fotokopi tiga kali) 4. Kuitansi bermaterai  Langkah pertama, langsung bawa motor ke p
Postingan terbaru

Tukang Parkir Juga Korupsi!

Sengaja menulis ini karena sudah gerah banget sama yang namanya tukang parkir, apalagi tukang parkir pinggir jalan. Sudah bukan rahasia lagi kalau parkir itu sering bawa masalah, terutama parkiran yang nggak pakai sistem loket. Orang-orang teriak 'koruptor, koruptor'! pada wakil rakyat yang ketahuan korupsi. Bukannya masa bodoh ya, tapi kayaknya tindakan terhadap koruptor kelas teri kok kurang terdengar gaungnya, ya? Jadi ceritanya, hari ini saya ngantar adik (laki-laki) ke Dispendukcapil Gresik untuk perekaman KTP-el (sengaja nyebut lokasi). Sebelum masuk gerbang, kami sudah diarahkan tukang parkir pinggir jalan untuk parkir disitu. Saya bilang ke adik, "Masuk aja. Ada kok parkiran di dalam", tapi ternyata lagi penuh dan kami diarahkan parkir di luar di pinggir jalan. Aku sih aslinya males ya parkir disitu. Sudah tahu modus operasinya. Kita dikasih karcis. Disitu jelas tertulis kalau tarifnya seribu rupiah, karcis untuk pemilik kendaraan, dan habis parkir haru

Latepost: Kebaikan Kecil untuk Sesama

Sebenarnya ini sudah lama aku tulis sih. Iseng coba posting di blog lagi. Waktu lihat file di laptop, ada cerita ini yang belum sempat aku posting. Kejadian ini terjadi pada 7 Oktober 2015 (lama banget ya, aku aja heran). ***** Baru saja aku selesai kelas Bahasa Mandarin di Rumah Bahasa, aku langsung meluncur ke bagian lain dari kompleks Balai Pemuda Surabaya. Kebetulan sedang ada book fair disitu. Sebenarnya dua hari lalu sudah kesitu sih, tapi akhirnya kepingin kesitu lagi karena masih ada buku yang masih dibeli. Mumpung murah, hehe. Buku-buku yang kubeli rata-rata harganya 15.000, ada yang 12.000, malah ada yang 10.000. Kalau begitu yang ada rasanya kalap pengen ngeborong seluruh isi pameran. Biasanya kalau sudah kalap belanja, rasanya rada khilaf begitu. Akupun demikian. Yah, namanya juga cewek. Kalau belanja kan seneng, tapi kalau sudah kebanyakan belanja jadinya khilaf deh. Tapi berusaha biasa saja dan menghibur diri. Buku kan bisa jadi investasi sampai nanti tua.

Review: Mie Nelongso (Mojokerto)

Minggu, 19 Februari 2017, aku coba makan di Mie Nelongso yang ada di Kota Mojokerto. Awalnya kurang yakin sih, tapi karena adek 'maksa', jadinya mau-mau aja. Tempatnya strategis, di daerah tengah kota. Banyak yang datang... yah serupa dengan kedai-kedai mie sejenis yang laris manis. Tempatnya juga luas, interiornya bagus, cuma.... tempatnya nggak no smoking .  Memang sih, yang makan disitu nggak ada yang merokok, Cuma aku sempet nangkap satu orang yang merokok dekat pintu keluar. Bukan pintu keluar juga sih, karena sebenarnya tempatnya nggak punya pintu. Itu seperti toko di ruko biasa. Pintunya pakai rolling , jadi langsung terekspos ke udara luar tanpa ada pintu yang melindungi dari dunia luar. Aku dari awal sudah merasa kurang yakin bukan tanpa sebab. Sebelum makan Mie Nelongso ini, aku sudah pernah nyobain dua merk mi pedas lain yang berbeda... dan rasanya seragam. Hal yang sama terulang lagi. Seperti biasa, mi-mi jenis ini pedasnya punya level. Rasanya sih..

Ketika "Insya Allah / In Shaa Allah" Diragukan Manusia

Sumber Kalau di Indonesia sih biasanya disebut Insya Allah, sedangkan Inggrisnya In Shaa Allah. Tadi siang dapet telepon dari seseorang minta dikirim suatu barang. Aku bilang kalau barangnya bisa diterima mulai Senin besok. Orangnya meyakinkan lagi, "Senin, ya?" "Iya... Insya Allah." Aku nggak pernah dapat 'masalah' gara-gara bilang Insya Allah. Tapi tadi lain lagi. "Lho, kok Insya Allah? Yang pasti dong..." Gubrakk! Nih orang kenapa ya? Dia ngomong gitu sambil ketawa kecil agak ngeremehin gitu. Mungkin nggak habis pikir sama aku yang dikiranya tidak meyakinkan. Padahal... Sumber Insya Allah artinya "If Allah wills" atau bahasa Indonesianya "Jika Allah berkehendak." Jika dikira-kira oleh pemikiranku (perhitungan manusia), Senin adalah waktu yang pasti untuk orang tersebut menerima barangnya. Tentu saja aku yakin, karena memang biasanya baru bisa diterima sekitar dua hari kerja setelah pendaftaran (Mingg

Transportasi Online vs Transportasi Konvensional (dengan Banyak Penekanan pada yang Terakhir)

Berita di TV lagi rame soal transportasi online vs transportasi konvensional. Aku pribadi nggak bisa bilang lebih memihak salah satu, karena masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya. Transportasi online sudah terkenal kepraktisan dan kemudahannya. Orang tinggal download aplikasi buat pesen. Walau nggak pernah pakai jasa model begini, memang sudah terlihat kemudahannya.  Sedang transportasi konvensional dinilai nggak praktis. Orang harus menunggu angkot atau bus di jalan yang dilalui atau 'menjemput' si tukang ojek di tempat mangkalnya, walau saat ini tukang ojek konvensional pun bisa 'dipanggil' lewat SMS. As I stated earlier , aku nggak bisa memutuskan mana yang lebih aku pilih, karena masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya. Kekurangan transportasi online, selain karena tidak ada peraturannya di Undang-undang, juga berpotensi memperparah pemanasan global dan kemacetan. Ambil saja ojek. Ojek online bisa dipanggil ke rumah, itu sudah bisa menyumba

About Reading Class (Juga tentang Annotated Bibliography dan Endnote yang Rempong)

Aku sekarang sudah semester lima di salah satu PTN jurusan Bahasa dan Sastra Inggris. Sesuai namanya, kegiatan kuliah pasti nggak jauh-jauh dari bahasa Inggris. Nah, ada satu mata kuliah yang menurutku paling bikin repot sepanjang sejarah perkuliahanku. Pelajaran ini pelajaran Reading . Reading selalu ada di tiap semester. Semester pertama reading -nya ‘implisit’ (seperti anak sekolahan), dan semester-semester selanjutnya ‘eksplisit’. Kenapa eksplisit? Karena Reading jadi pelajaran tersendiri, tidak seperti semester pertama yang dicampur tiga English skills lainnya (writing, speaking, and listening). Semester kedua ada Literal Reading . Semester ketiga ada Interpretive Reading . Semester keempat ada Scientific and Critical Reading . Semester kelima ada Extensive Reading . Mengaku saja, siapa sih yang pernah belajar pelajaran Reading atau Membaca (Bahasa Inggris atau Bahasa Indonesia)? Kalaupun ada, pasti sedikit, karena bingung juga apa yang bisa dipelajari. Tidak